Rupiah dirasa sudah terlalu banyak angka nol nya. Namun jika dibandingkan dengan Turki beberapa waktu lalu, yang angka nolnya mencapai 8, redominasi rupiah dengan membuang angka nol sebanyak tiga, dinilai bukan bandingannya. Redominasi berbeda dengan senering yang pernah dilakukan oleh pemerintah beberapa tahun lalu. Redominasi adalah membuang angka nol, sehingga daya beli tidak berubah. Yang berubah adalah persepsinya. Sedangkan senering adalah pemotongan nilai uang sehingga akan menurunkan daya beli. Contoh senering: pemotongan nilai mata uang menjadi setengahnya. Artinya yang tadinya kita mempunyai uang Rp. 5000 yang bisa digunakan untuk membeli roti, maka dengan senering, kita hanya bisa membeli setengah roti. Kalau senering, roti yang tadinya harganya 5000 akan berubah menjadi 5 dan penghasilan kitapun, akan berubah 1/1000 nya.
Hal ini dapat memicu inflasi karena dalam realitasnya, masyarakat akan melakukan penetapan harga baru yang bukan semata-mata dari penghilangan tiga angka nol. Misalnya roti seharga Rp. 5.500 dapat berubah menjadi Rp. 6. Dapat dipastikan tidak ada pedagang yang merubahnya menjadi Rp. 5.
Itulah sebabnya redominasi juga akan berakibat pada melemahnya masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan pangan karena diduga harga pangan juga akan semakin melesat melebihi patokan atau rumus yang seharusnya.
Ahmad
Kontributor IFT
Sumber pustaka:
H. Susianto. 2013. The psychological effect of rupiah redomination. KAVLI Frontiers of Science Symposioum. Bali.
------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel (untuk web maupun untuk jurnal) hanya akan dilayani via sistem online di http://journal.ift.or.id
0 comments:
Post a Comment