Ikan digemari karena selain rasanya yang enak, juga karena nilai gizinya yang sangat tinggi. Ikan merupakan sumber protein hewani, karena kandungan protein dalam ikan yang cukup tinggi. Selain itu, ikan juga mengandung lemak dan zat besi. Kandungan lemak omega 3 pada ikan sangat berguna untuk mencegah berbagai penyakit seperti jatung, hipertensi, penyumbatan pembuluh darah dan juga kanker. Menurut ahli kesehatan, mengkonsumsi ikan secara teratur sebanyak 30 gram per hari dapat menekan kemungkinan serangan penyakit jantung hingga 50 %. Sejumlah penelitian juga membuktikan bahwa penderita penyakit jantung yang mengkonsumsi ikan 3 kali dalam seminggu, terbukti memiliki angka kemungkinan bertahan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan penderita penyakit jantung yang tidak mengkonsumsi ikan sama sekali.
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak bila didiamkan dalam ruangan dengan udara terbuka, seperti perubahan warna, bentuk dan aroma. Kerusakan dapat disebabkan oleh pertumbuhan mikroba, keaktifan enzim, perkembangbiakan serangga, pengaruh pemanasan atau pendinginan, kadar air, oksigen dan sinar. Agar dapat disimpan dalam waktu yang lama, ikan diawetkan dan diberi bahan-bahan tambahan tertentu. Cara pengawetan ikan pun bervariasi, diantaranya dengan penambahan garam yang kemudian dijemur bibawah sinar matahari langsung (penggaraman), lalu pembekuan didalam lemari pendingin untuk memperkecil aktivitas enzim oleh mikroba, pengasapan, dan sebagainya.
Namun, tahukah anda jika ikan yang kita konsumsi mengandung berbagai macam zat kimia yang berbahaya bagi tubuh? Dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang berasal dari berbagai negara di Asia Tenggara, menemukan bahwa sebagian besar dari 58 sampel ikan dari 20 spesies yang diperoleh dari tempat pelelangan ikan disepanjang Teluk Manila, Filipina mengandung bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan campuran kosmetik (PCPs). Campuran kosmetik tersebut digunakan sebagai bahan untuk mengawetkan ikan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Penelitian yang dilakukan di Ehime University, Jepang, menggunakan 58 sampel ikan dari 20 spesies ikan yang diketahui. Sampel diperoleh langsung dari tempat pelelangan ikan disepanjang Teluk Manila, Filipina. Sampel ikan tersebut kemudian disimpan pada suhu 25°C didalam bank es di Ehime University. Kemudian sampel ikan tersebut diteliti dengan menggunakan metode ekstraksi dengan larutan n-heksana dan aseton yang menggunakan alat "High Speed Solvent Extractor". Hasil ekstraksi kemudian dimurnikan dari faktor pengganggu dan siap untuk dianalisis.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sangat mencengangkan, karena hampir semua jenis ikan yang dianalisis terkontaminasi dengan bahan-bahan PCPs (Personal Care Products), PCPs adalah sejenis bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai antimikroba pengawet pada kosmetik dan produk kecantikan. Diantara bahan kimia yang termasuk PCPs adalah 4 bahan pengawet kosmetik (metil, etil, propil dan butil) dan dua senyawa antimikroba yaitu triclosan (TCS) dan triclocarban (TCC). Telah diketahui bahwa PCPs terdeteksi jaringan tumor payudara pada manusia. Triclosan telah terbukti memiliki pengaruh pada sistem tiroid katak dan mengganggu sistem endokrin, serta secara sangat mengurangi jumlah sperma pada ikan nyamuk jantan (Gambusia affinis). Triclocarban terbukti beracun bagi mamalia dan menyebabkan methemoglobinemia pada manusia (keadaan dimana hemoglobin dalam darah tidak lagi dapat mengangkut oksigen). Meskipun semua jenis pengawet ini telah dipergunakan secara luas, namun masih sedikit pengetahuan masyarakat tentang penggunaan bahan-bahan tersebut dalam bahan pangan, khususnya pada ikan. Bahan-bahan tersebut juga berbahaya bagi lingkungan, khususnya pada ekosistem perairan.
Nah, itulah bahaya yang dapat kita peroleh ketika mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi bahan-bahan ini. Memang dampaknya belum kita rasakan ketika mengkonsumsinya, namun akan sangat terasa beberapa tahun kemudian jika kita mengkonsumsinya secara terus menerus. Bahan kimia tersebut akan terakumulasi dalam tubuh kita dan lama kelamaan akan merusak sistem organ pada tubuh kita secara perlahan-lahan. Jadi, sebaiknya mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati dalam memilih bahan pangan yang akan kita konsumsi, lebih telitilah dalam memilihnya. Selain itu proses pengolahannya pun harus benar agar kandungan gizi yang terdapat dalam bahan pangan tersebut tidak hilang.
Disarikan oleh:
Devi Yuniar Prestiana
Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro Semarang
Diedit oleh:
A. N. Al-Baarri
Pemerhati Teknologi Pangan Indonesia
Sumber pustaka:
Babu Rajendran Ramaswamy, Joon-Woo Kim, Tomohiko Isobe, Kwang Hyeon Chang, Atsuko Amano, Todd W. Miller, Fernando P. Siringan, Shinsuke Tanabe. 2011. Determination of preservative and antimicrobial compounds in fish from Manila Bay, Philippines using ultra high performance liquid chromatography tandem mass spectrometry, and assessment of human dietary exposure. Journal of Hazardous Materials 192:1739–1745
------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel hanya akan dilayani via online di http://publikasi.ift.or.id/kirim-artikel atau http://journal.ift.or.id/node/14.
0 comments:
Post a Comment